A. Organisasi kelas untuk pembelajaran sains
pada anak usia dini
1.
Distribusi material pembelajaran
Prinsipnya adalah guru harus dapat membagi material
yang dibutuhkan untuk anak secara adil, memadai dan memungkinkan kegiatan
pembelajaran sains berlangsung secara optimal.
Para pengajar harus memahami karakteristik dari setiap material
pembelajaran yang digunakan, baik dari sisi kualitas, kuantitas maupun daya
jangkaunya terhadap sasaran belajar. Guru harus mengetahui mana material yang
hanya dapat digunakan oleh satu orang saja, mana material yang dapat digunakan
oleh dua atau tiga orang, serta mana material yang dapat digunakan secara
klasikal. Kemampuan mengenal karakteristik dari setiap material sains, akan
memudahkan dalam menyeleksi, memproduksi sekaligus mendistribusikannya untuk
kepentingan anak dalam pembelajaran sains. Dengan demikian paket paket material
dapat dimanfaatkan dan dimanipulasi oleh anak secara lebih bermakna, mendalam,
dan komprehensif. Efeknya adalah dampak pembelajaran sains dapat mncapai level
yang cukup tinggi. Dengan memperhatikan
manajemen distribusi material, hal hal yang
akan mengganggu konduktifitas pembelajaran dapat dieliminasi dan
dihindarkan, diantaranya :
a.
Kebiasaan anak bergerombol pada obyek sains
tertentu saja, sehingga meninggalkan objek sains lainnya : yang seharusnya
mereka observasi dan pelajari dapat ditekan seminimal mungkin.
b.
Kebiasaan berebut material pembelajaran, yang
lazimnya dilakukan oleh anak-anak, pada saat pembagiannya akan dapat diatasi
disamping dapat menekan berbagai kebiasaan buruk yang berada pada anak, dengan
diterapkannya manejemen distribusi material yang baik, akan berimplikasi
positif pada pembentukan prilaku, yaitu anak akan menjadi pribadi yang tertib,
jujur, bersyukur dan selalu berbuat optimal dengan segala yang ada di
lingkungannya
2.
Penyediaan area atau arena pembelajaran anak
Factor penyediaan area atau arena bekerja anak dalam
mempelajari dan mengeksporasi sains, merupakan unsure kunci demi suksesnya
aktivitas sains dalam pembelajaran. Syarat mutlak ruang kelas untuk
pembelajaran atau ruang kerja sains untuk aktivitas anak adalah harus memadai,
akan mengganggu dan menghalangi dinamika anak dalam memperolehan pengalaman
belajar sains yang diikutinya. Dengan demikian harus diupayakan agar setiap
kelompok belajar sains mendapat lahan dan arena yang sesuai dengan topic sains
yang sedang dikembangkan saat itu. Jika memang, terdapat masalah; misalnya
ruang yang tersedia kecil, maka guru harus lekas-lekas mencari lain yang
dianngap tepat.
Terkait dengan penyedian arena uktuk aktifitas sains,
terdapat beberapa hal lain yang harus diperhatikan; diantaranya :
a.
Aktivitas sains yang disediakan guru harus
memungkinkan terjadinya interaksi antar group. Jadi, jika akan dilakukan
pemisahan arena, harus dipikirkan bagaimana mereka dapat melakukan komunikasi
antar group seperti yang diharapkan tersebut.
b.
Meski guru memberikan kesempatan berkomunikasi
antar kelompok anak yang sedang mempelajari sains, tetapi guru harus dapat
mengkondisikan kelas agar jangan sampai terjado kontrak antar group yang
sifatnya tidak perlu. Jadi hindarilah komunikasi antar kelompok yang tidak
prokduktif.
c.
Karena pada umumnya kelas yang ada cenderung
dalam format tradisional, tugas guru yang utama dalam pengelolaan kelas adalah
menemukan cara bagaimana memamfaatkan kelas tradisional tersebut menjadi kelas
yang optimal dalam pembelajaran sains yang dilakukan dan dibawah bimbingannya
itu.
d.
Terkait dengan sarana penunjang kelas, seperti
bangku, meja dan membelajar lainnya ; hendaklah dikembangkan peralatan yang
bersifat fleksibel-moveable-memindahkannya.
3.
Pemberian petunjuk bekerja atau belajar.
Factor berikutnya yang harus sangat diperhatikan agar
aktifitas sains berlansung secara optimal dan dinamis, adalah kemampuan guru
dalam memberikan penjelasan atau petunjuk kerja yang benar, jelas dan
dimengerti oleh setiap anak sebagai peserta belajar sains. Sebab
masalah-masalah pembelajaran akan muncul, jika anak-anak tidak memahami harapan
guru dan tuntutan tujuan dan aktifitas yang akan dan harus dilaksanakannya.
Proses pembelajaran mungkin akan menjadi kacau, dan aktifitas anak menjadi tidak
optimal. Untuk itu terkait dengan bagaimana guru memberikan petunjuk belajar
pada anak, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan; diantaranya :
a.
Sampaikanlah harapan-harapan dari pembelajaran sains
yang akan dilaksanakan dengan kalimat dan penjelasan yang sederhana , mungkin
juga beberapa bagian diucapkan berulangkali, pokoknya hingga anak merasa jelas.
b.
Untuk membantu memberikan penjelasan agar lebih
dipahami anak, cobalah dilengkapi dengan alat bantu, baik berupa prosedur
maupun material yang bersifat familiar dimata anak.
c.
Gunakanlah beberapa menit untuk mencontohkan
penggunaan beberapa material yang akan digunakan anak dalam pembelajaran sains,
seperti: bagaimana menggunakan penggaris, menggunakan thermometer, dan
sebagaimnanya.
4.
Mengatasi kejenuhan belajar
Bagian yang tak kalah pentingnya, yang harus
dilakukan dan diperhatikan dalam pengelolaan kelas sains adalah bagaimana para
guru mencari suatu cara untuk mengatasi kejenuhan anak dalam mengikuti
pembelajaran sains. Mengapa hal ini ditekankan, karena dalam pembelajaran
bidang pengembangan apapun, termasuk pembelajaran sains akan memungkinkan anak
menjadi jenuh. Abruscato (1992 ), menyatakan kunci utama untuk menghindarinya
sesungguhnya dari saat pengembangan perencanaan, jika perencanaan dikemas
secara hati-hati, usahakan bervariasi dan menuangkan unsure-unsur yang bersifat
kreatif; sehingga pada saat perancanaan itu diaplikasikan anak-anak merasa
senang menerimanya, bahkan perencanaan itu secara konsisten oleh guru dikemas
secara kreatif dan variatif; sangat dimungkinkan anak menunggu-nunggu kegiatan
sains yang akan dilaksanakannya.
Dengan memperhatikan uraian diatas, pembelajaran
sains yang efektif dapat dicapai. Wragg (1997), menyebutkan cirri-cirinya :
Pertama : pembelajaran sains tersebut memudahkan anak
mempelajari sesuatunya, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep dan
bagaimana hidup sesuai dengan sesame atau sesuai dengan hasil belajar yang
diinginkan.
Kedua : keterampilan yang digunakan dan yang melekat
pada anak diakui aleh mereka yang berkompeten menilai: seperti guru, pelatih,
pengarah, tutor atau kepala sekolah dan penilik; bahkan murid itu sendiri.
Pembelajaran yang bernilai edukatif yaitu kegiatan yang
dapat menimbulkan gairah balajar anak. Salah satu alat yang
dapat digunakan yaitu dengan menyediakan berbagai variasi penguatan
dan penghargaan sehingga kemajuan dan motivasi anak makin meningkat.
Hindrilah hukuman seminimal mungkin . Berbagai penguatan dan
penghagaan dapat dilakukan melalui ucapan, gerakan, atau menunjukan peran
positif pada anak.
Kesimpulan dari uraian tentang organisasi kelas sains, hendaklah kelas atau tempat
anak mempelajari sains (dimanapun lokasinya) dipersiapkan sebagai tempat yang
mengasyikkan bagi setiap anak, sehingga mereka akn betah dalam bercengkrama
dengan sains yang sedang dipelajarinya.
B. Mengembangkan penilaian pembelajaran sains
untuk anak
Evaluasi sains adalah proses penulusuran dan penentuan
tingkat keberhasilan pembelajaran sains, sehingga diketahui upaya-upaya selanjutnya,
baik tindakan perbaikan, pengayaan maupun pengembangan lainnya.
Kegiatan evaluasi merupakan suatu kesempatan untuk
mereflaksikan pengalaman anak serta sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses maupun hasil
belajar anak yang dicapai oleh anak. Jika tujuan evaluasi itu dilihat dari sisi
implikasi dan konsekuensi yang lebih jauh, maka tujuan penilaian tersebut
adalah untuk merencanakan kurikulum pengembangan anak, meningkatkan
perkembangan kemampuan anak selanjutnya, serta keberhasilan belajar anak
dikelas, baik pada dimensi individu, kelompok, maupun klasikal. Dengan demikian
kedudukan perkembangan dan kemajuan anak serta langkah langkah tindak lanjutnya
dapat diketahui secara baik melalui serangkaian kegiatan evaluasi yang
dilaksanakan.
Dari penjelasan tersebut dapat diuraikan tujuan dan
fungsi evaluasi dalam pembelajarans ains, diantaranya :
1. Memberikan
umpan balik terhadap program pembelajaran sains yang dikembangkan, sehingga
diketahui tingkat keberhasilan dan kegagalan. Jika berhasil dilanjutkan dan
bila gagal diperbaiki.
2. Menentukan
tingakt kematangan dan kemajuan perkembangan anak dalam kegiatan sains, baik
terkait dengan dimensi produk, dimensi proses maupun dimensi sikap sains.
3. Sebagai
bahan pertimbangan guru untuk menempatkan naka dalam kegiatan sains yang lebih
sesuai dengan minat dan kemampuannya yang memungkinkan anak dapat mencapai
kemampuan secara optimal dalam pembelajaran sains.
4. Untuk
mengetahui latar belakang kesulitan belajar anak selama mengikuti program
pembelajaran sains.
5. Memberikan
informasi kepada orang tua/wali tentang kemajuan dan kemampuan sains yang telah dan belum dikuasai anaknya.
6. Sebagai
bahan masukan bagi pihak lain yang memerlukan dalam memberikan pembinaan
selanjutnya.
Terdapat beberapa jenis dan cara
melakukan evaluasi pembelajaran sains
pada anak usia dini, diantaranya, melalui :
a. Observasi
atau pengamatan
Observasi adalah
cara pengumpulan data penilaian yang pengisisannya berdasarkan pengamatan
langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Agar data perkemabnagn anak selama
mengikuti program sains dapat diperoleh secara rinci dan akurat, serta tidak
ada bagian yang telewatkan, maka sebaiknya guru menggunakan pedoman observasi
yang tepat.
b. Catatan
anekdot
Catatan anekdot
atau anecdotal record merupakan kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku
anak yang khusus, baik yang positif maupun yang negative. Kedua perilaku
tersebut apabila muncul pada anak saat mengikuti program sains, harus dicata
oleh para guru sains. Hal itu akan sangat berguna bagi pembinaan anak, dan penentuan
keputusan serta layanan khusus lainnya.
c. Percakapan
atau interview
Percakapan adalah
metode penilaian yang dilakukan melalui bercakap cakap atau wawancara antara
anak dengan guru baik didalam kelas maupun diluar kelas. Percakapan dangant
berguna untuk menggali secara langsung tentang apa yang sedang dirasakan,
dipikiran dan diinginkan anak. Dari percakapan kita akan dapat memperoleh
gambaran tentang minat, motivasi dan kebutuhan kebutuhan anak dalam program
sains. Pada saat melakukan percakapan sebaiknya guru sains selalu memegang
daftar cek perkembangan anak, sehingga
segala hasilnya tedokumentasikan. Daftar cek yang diperlukan dalam
rangka program sains dapat dilihat pada lampiran.
d. Pemberian
tugas
Pemberian tugas adalh
suatu metode dimana guru dapat emmberikannya setelah melihat hasil kerja anak.
Pemberian tugas dalam kegiatan sains pada anak dapat dilakukan secara kelompok,
berpasangan atau individual sehingga hasil pemberian tugas dapat berupa satu
hasil karya kelompok, sepasang atau seorang anak. Yang terpenting dalam
pemberian tugas pada aktivitas sains yang harus dinilai bukan hasilnya, guru
harus menilai bagaimana proses sains dilaksanakan oleh anak.
Dari sejumlah cara evaluasi sains
yang dapat dilakukan guru diatas, akan menjadi semakin bermakna dan fungsional
bagi guru apabila dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip berikut :
a. Evaluasi
dilakukan dengan mengacu pada prinsip perkembangan bukan pada prestasi, jadi
evaluasi kemajuan sains setiap anak tidak dibandingkan secara formal dengan
anak lainnya, karena memang setiap anak analah berbeda.
b.
Kegiatan evaluasi sains hendaklah selalu
dilaksanakan pada saat anak dalam kegiatan. Disanalah saat tepat anda
mengetahui apa yang dilakukan, apa yang diselesaiakan, apa yang dipikirkan
bahkan termasuk apa yang dikhayalkan anak terkait dengan kegiatan sains yang sedang
dilaksanakan
c.
Lakukanlah evaluasi dengan cara alamiah atau
naturalistic, sehingga meskipun anada melakukan evaluasi pada saat anak sedang
melakukan kegiatan, tetapi anak tidak merasa terganggu. Tidak perlu anda
mengumumkan pada aak bahwa anada akan dan sedang mengevaluasi. Kesadaran itu
hanya ada pada guru sains yang sedang menilai saja.
d.
Lakukanlah penandaan, pencatatan dan reportase
secara segera terhadap segala perilaku yang muncul pada anak pada saat
mengikuti kegiatan sains. Guru yang memahami arti penting evaluasi pada anak
usia dini, akan selalu menyelipkan beberapa lembar kertas disakunya serta
sebuah alat tulis yang dapat digunakan setiap saat diperlukan. Dengan demikian
perilaku penting yang terjadi pada anak dapat segera dicatat dan tidak terlewatkan
untuk didokumentasi. Ingatlah karakteristik anak usia dini yang spontan , mudah
beralih, dan dinamis, sehingga kesempatan berperilaku kadang kadang hanya
sekali saja.
C.
Kriteria
kualitas guru untuk pembelajaran sains
Like wilarjo (1988), menyatakan untuk menjadi guru sains yang baik yang
terpenting adalah menjadi ilmuwan terlebih dahulu. Ilmuwan dapat mempelajari
cara untuk membelajarkan sains, sehingga menajdi pengajar sains, sedangkan
menurut R. rohandi (1988), anjuran bagi
guru dalam melaksanakan pembelajaran sains adalah menempatkan aktivitas nyata
anak dengan berbagai objek yang dipelajari yang merupakan hal utama untuk dapat
dikembangkan. Berbagai kesempatan harus diberikan kepada anak untuk bersentuhan
langsung denagn objek yang akan atau yang sedang dipelajarinya. Dengan
pembelajaran yangs eperti itulah anak sedang bergelut belajar mengenai apa yang
dinamakan sains.
Secara lebih rinci peran guru sains pada pengembangana program pembelajran sains bagi anak usia dini
diantaranya :
1.
Guru sebagai perencana
Perencana artinya menentukan
alternative alternative yang terkait dengan kebutuhan program sains. Dalam
pelaksaannya ia dapt sendiri degan tim atau bahkan bersama anak. Bahkan mampu
merencanakan kegiatan bersama aau melibatkan anak, program sains akan lebih
bermaksna dari sudut pandang anak. Karena mereka akan lebih meningkat gairahnya
dalam menggali sains yang merupakan refleksi dari komitmen anak yang dilibatkan
oleh guru. Walaupun terdapat beberapa teknis khusus dalam menjaring keinginan
anak, tetapi jika kita mampu menjalin kedekatan dengan anak, maka semuanya
dapat dilakukan dengan lancar.
2.
Guru sebagai inisiator
Dalam kegiatan sains kita sering
melihat ada anak yang mendapatkan kebutuhan dalam menindaklanjuti atau memulai
kegiatan. Jika terjadi seperti itu, guru dapat masuk sebagi pembuka gagasan
atau inisiatif. Tetapi jangan sampai mengambil alih inisiatif anak. terutama
kegiatan yang sedang dilakukan anak dengan penuh konsentrasi. Jika anda dapat
membuka dengan angka satu maka jangan ditambahkan dengan angka dua, biarkan
anak melakukan eksplorasi dan melakukan pencarian selanjutnya.
3.
Guru sebagai fasilitator
Guru punya kewajiban member kemudahan
dan keleluasaan terhadap anak untuk melakukan sains. Ciptakan suasana kondusif,
penuhi kebutuhan alat dan bahan, serta sediakan waktu yang cukup utnuk
beraktivitas bagi anak. Jika itu dilakukan, berarti anda sudah menjadi guru
sains yang mengerti tentang kebutuhan anak.
4.
Guru sebagai observer
Mengamati aktivitas anak, dapat
berupa pengamatan intensitas maupun kesulitan anak sehingga diketahui saat yang
tepat anda dalam memberikan bantuan belajar sains pada anak.
5.
Guru sebagai elaborator
Mengajukan beberapa pertanyaan yang
merangsang anak sehingga dapat lebih meningkatkan kualitas pembelajaran sains
yang dilakukan semua anak.
6.
Guru sebagai motivator
Mendukung, mendorong, dan member
penguatan terhadap kegiatan pembelajaran sains anak. Tetapi ingat pemberian
motivasi janganlah sampai dipaksakan, karena akibatnya bukan mendorong anak
tetapi malah merusak kegiatan sains anak. Lakukanlah motivasi secara wajar dan
luwes.
7.
Guru sebagai antisivator
Memprediksi factor factor yang diduga
akan berpngaruh pada anak, terutama yang akan mencelakakan anak. Jika kegiatan
banyak melibatkan alat dan bahan yang mudah melukai, maka sebaiknya dilakukan penyampaian tata tertib dan tata
cara pemakaian yang benar. Jangan sampai
gelas ukuran jatuh, pecah dan melukai anak. Kejelian guru dalam mengamati
berbagai kemungkinan, akan meningkatkan kenyamanan dan keamanan dalam kegiatan
sains anak.
8.
Guru sebagai model
Biasanya terdapat beberapa kegiatan
sains yang masing masing bagi anak, terutama yang terkait dengan penggunaan
alat alat sains yang bersifat formal, seperti thermometer. Guru sebagai model
dapat menunjukkan cara, sikap, dan ketekunan terkait dengan penggunaan
perangkat sains tersebut.
9.
Guru sebagai evaluator
Peran sebagai evaluator secara umum
sama sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Tetapi inti peran guru sebagaievaluator dalam
kegiatan sains anak adalah melakukan pengamatan yang benar dan tepat, melakukan
pencatatan secara akurat, serta berupaya membuat laporan yang sesuai dengan
perkembangan anak yang sesungguhnya.
10.
Guru sebagai teman bereksplorasi bersama anak
Anak akan senang bila gurunya juga
aktif dalam kegiatan, bukan penonton.
Bahkan anak anak jaug menerima kehadiran guru, apabila gurulah yang
berusaha memahami perilaku anak, jangan anak yang dituntut untuk memahami
perilaku guru.
11.
Guru sebagai promator agar anak menjadi
pembelahjar sejati
Selalu mendorong dan memberikan
kesempatan untuk anak agar rajin dan giat membaca, karena buku merupakan sumber
sains yang sangatkaya. Mendorong agar
anak rajin menelaah sendiri, mencari keterangan serta pandangan baru
melalui bahab pustaka maupun melalui bertanya pada pihak lain.
Bagi anak yang dianggap sudah dapat membaca dan menulis, sarankan unutk
membuat catatan dari setiap hasil bacaan dan pengamatannya serta jadikanlah isi
catatan tersebut sebagai bahan diskusi dalam pembelajaran sains yang
diikutinya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kita
sebagai guru harus mampu kreatif mengemas dan menyajikan pembelajaran sains
kepada anak dengan cara yang menyenangkan bagi anak dengan mengorganisasikan
kelas/menata kelas dengan baik. Selain itu kita juga harus melakukan penilaian
dalam pembelajaran sains anak supaya kita dapat mengetahui apakah anak sudah
mampu memecahkan persoalan sains yang dipelajarinya atau belum. Pengorganisasi kelas dan penilaian
pembelajaran sains sangat penting dilakukan agar pembelajaran sains dapat
dengan mudah diterima anak sehingga berguna bagi kehidupan anak pada tahap
perkembangan berikutnya , ciptakan kelas
yang berorintasi dengan kebutuhan anak,minat dan bakat anak itu sendiri. Guru
janganlah sekali-kali terlalu memaksa anak untuk melakukan pembelajaran sains
yang belum bisa dipahami anak atau pembelajaran sains yang terlalu rumit,
biarkanlah anak mencari sendiri dan guru hanya membimbing dan membantu
menemukannya.
3.2
Saran
Sebagian
besar pembelajaran sains pada pendidikan anak usia dini belum maksimal
dilakukan. Karena itu diperlukan kontribusi pemikiran
kebijakan pihak-pihak terkait yang berwenang dengan pengembangan pembelajaran
sains pada pendidikan anak usia dini.
Kita sebagai mahasiswa yang telah mempelajari dan memahami pembelajaran
sains bagi anak usia dini hendaklah menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak ditempat kerja kita nantinya, selain itu kita juga bisa memberikan pengetahuan kita kepada guru guru
TK yang belum mengetahuinya.
Daftar Pustaka
Nugraha, Drs Ali. 2005. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia
dini. Jakarta
Suyanto, Drs Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar